Peninggalan Sejarah Kerajaan Tarumanegara di Karawang, Candi Batujaya

Bukti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara di Karawang


Hanya berjarak sekitar 50 Km di timur Ibu Kota Jakarta terdapat sebuah situs sejarah.

Situs sejarah itu adalah kompleks Candi Batujaya yang terletak di Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Keberadaan situs yang disebut bagian dari Kerajaan Tarumanegara ini belum banyak diketahui oleh kebanyakan wisatawan.

Saat pertama tiba di kompleks Candi Batujaya, kita akan disambut oleh hamparan sawah yang luas, memang persebaran candi di sini terletak di tengah-tengah areal persawahan milik warga setempat.

Tidak ada pungutan atau loket pembayaran khusus untuk masuk ke situs ini yang memiliki 57 situs dan candi.
“Karena masih dalam pengembangan dan penelitian dan dipersiapkan untuk dibuka bagi wisatawan,” kata Juru Pelihara (Jupel) Candi Batujaya, Narto (39).

Meski tidak ada retribusinya, bukan berarti kawasan situs ini tidak terawat. Narto dan 22 jupel lain setiap harinya mengurusi semua candi di kawasan ini, mulai dari memotong rumput, membersihkan lumut candi, hingga membuka akses jalan setapak dari satu candi ke candi lain yang memang jaraknya berjauhan.

Di sela-sela tugasnya itu, Narto juga kerap dimintai menjadi pemandu bagi wisatawan yang berkunjung.

“Semenjak dikelola Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang pada 1996, kompleks per-candian ini sudah dibuka untuk umum mulai dari melakukan kegiatan penelitian atau sekadar berkunjung, kebanyakan mahasiswa dan pelajar,” kata dia.

Menurut Narto, di kawasan candi Batujaya memang terdapat 57 situs namun Candi Jiwa dan Candi Blandongan paling banyak terkenal di antara yang lainnya, lantaran letaknya paling depan dan terbesar.

“Candi Blandongan paling besar, ukurannya 25x25 meter. Candi Blandongan juga sering dipakai untuk kegiatan ibadah pada hari raya besar umat Hindu dan Budha. Berikutnya Candi Jiwa 19x19 meter,” kata Narto.

Unur jiwa
Merunut kisahnya, kata Narto, kompleks Candi Batujaya ditemukan pada tahun 1984 oleh para mahasiswa peneliti dari Universitas Indonesia. Jauh sebelum itu, candi-candi ini tadinya hanya dianggap gundukan tanah biasa oleh warga sekitar.

“Kalau masyarakat sini bilangnya gundukan-gun-dukan ini unur. Karena ukurannya besar jadi tempat menggembala hewan ternak, tapi sering kali hewan temak itu mati tiba-tiba mangkanya disebut Unur Jiwa, karena memakan korban jiwa,” ungkap Narto.

Sementara Candi Blandongan dinamakan demi-kian karena saat ditemukan, ada beberapa kolam di sekitarnya. Menurut Narto, blandongan dalam bahasa setempat berarti kubangan atau kolam.

Berbeda dengan candi-candi yang ditemukan di Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan struktur ba-ngunan dari batu, candi di slni, disusun dari bata merah. Menurut Narto, candi ini memiliki kesamaan dengan yang ditemukan di Muntilan, Mojoker-to, dan di Thailand.

Penelitian dari tahUn 1984 hingga awal 2000-an di area seluas 5.000 hektar ini telah ditemukan berbagai peninggalan mulai dari artefak, peralatan rumah tangga, mata uang kuno, hingga tengkorak manusia yang mengindikasikan jika tempat ini pernah menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-5 Masehi hingga 7 Masehi.

Hasil penemuan tersebut kini tersimpan apik dan dapat dilihat di Museum Cagar Budaya Batujaya yang letaknya tidakjauh dari Candi Jiwa dan Candi Blandongan.

Sepi pengunjung

Tidak banyak pengunjung yang datang baik ke candi maupun museum. Menurut Narto dalam satu bulan hanya sekitar 3.000 wisatawan lokal yang berkunjung. Beberapa faktor menurutnya menjadi pengaruh mengapa objek ini belum mampu menyedot perhatian
wisatawan, salah satunya adalah kurangnya informasi.

Padahal akses menuju Candi Batujaya pun tidak terlalu sulit, letaknya yang berada di perbatasan antara Kabupaten Bekasi dan Karawang bisa diakses dengan mud ah, dari Cikarang bisa ke Batujaya dengan menggunakan angkutan sejenis Elf dan dilanjutkan dengan ojek, dan dari Karawang melalui Rengasdengklok ke Batujaya dengan angkot dan dilanjutkan dengan ojek dengan tarif Rp 10.000.

Seperti Devi (28) misalnya, datang ke sini berbekal informasi yang didapatnya dari internet, dari tempat tinggalnya di Sukatani, Kabupaten Bekasi dengan mengendarai sepeda motor, dia dibantu oleh aplikasi peta online.

“Suprise banget ternyata di Karawang ada Candi seluas ini, tapi memang informasi-nya sangat minim, kalau nggak buka maps saya nggak tahu lewat mana," kata Devi.

Sementara pengunjung lain, Arfan (34) mengatakan jika dikembangkan secara serius, kawasan percandian ini bisa menjadi potensi besar untuk dijadikan obyek wisata.

‘Tapi memang promosinya kurang ya, padahal kalau publikasinya bagus bakal jadi objek wisata unggulan apalagi letaknya dekat Jakarta,” kata Arfan wisatawan asal Karawang. (m7)
Copyright © Tugas Sekolah. All rights reserved.